Toto Sudarto Bachtiar ketika
dia menjadi mahasiswa di Jakarta, dia pun menjadi redaktur majalah Angkasa
(milik AURI). Sejak saat itu dia menulis puisi, menerjemahkan cerita pendek,
esei, artikel kebudayaan, sastra, politik, dan lain-lain. Pernah menjadi
redaktur Menara di Jakarta, dan turun mendirikan majalah Sunda di Bandung, 1964. Pernah menjadi Ketua Dewan Pertimbangan
Kebudayaan Propinsi Jawa Barat. Berikut saya tampilkan salah satu puisi Toto
Sudarto Bachtiar dalam buku Tonggak 2:
FOCUS
Untuk
Sitor Situmorang
Karya: Toto
Sudarto Bachtiar
Kalau jarum kematian menusuk detak hati
Aku akan menjadi asing sendiri
Sangat berarti jeritan yang menolak berpisah
Bisik yang mendera dan mencita gerak jantung
hari
Aku akan menjadi asing sendiri
Sangat berarti jeritan yang menolak berpisah
Bisik yang mendera dan mencita gerak jantung
hari
Ah, akan tertinggal maknaku pada waktu
Bersama kecintaanku
Lintasan hidup yang kena cahaya
Gerak yang mewarnai manusia
Bersama kecintaanku
Lintasan hidup yang kena cahaya
Gerak yang mewarnai manusia
Hati akan tinggal ubun hati
kemerahan yang mau menandingi matahari
Panas bulan Januari
Punya tanya dan kasih sendiri
kemerahan yang mau menandingi matahari
Panas bulan Januari
Punya tanya dan kasih sendiri
Karena jarum yang menikam, detak hati jadi
membisu
Terpaksa kuasingkan matahari dan ada yang kuberi
salam
Jalinan bisik dan kesan yang berkata sendiri
Lintasan hidup yang kena cahaya
Gerak yang mewarnai manusia
membisu
Terpaksa kuasingkan matahari dan ada yang kuberi
salam
Jalinan bisik dan kesan yang berkata sendiri
Lintasan hidup yang kena cahaya
Gerak yang mewarnai manusia
1953
0 comments