Toto Sudarto Bachtiar- Kereta Mati

           Toto Sudarto Bachtiar ketika dia menjadi mahasiswa di Jakarta, dia pun menjadi redaktur majalah Angkasa (milik AURI). Sejak saat itu dia menulis puisi, menerjemahkan cerita pendek, esei, artikel kebudayaan, sastra, politik, dan lain-lain. Pernah menjadi redaktur Menara di Jakarta, dan turun mendirikan majalah Sunda di Bandung, 1964. Pernah menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat. Berikut saya tampilkan salah satu puisi Toto Sudarto Bachtiar dalam buku Tonggak 2:


KERETA MATI
Karya: Toto Sudarto Bachtiar
Seorang pengendara kereta
Beroda tiga, manis
Mengayuh hingga pelabuhan penghabisan
Mendaki dan menurun
Jari-jari berjarak kaku
Menjauhkan mimpi dalam rongga malam
Kalung binta dan bulan berombak awan ungu
O, semua jauh manis
Selingan Cuma senyampang di telinga
Mobil dan trem lalu
Dan perempuan berlaga pilu
Bagi manusia berjiwa kuda
Di mana jiwa di atas roda dihela waktu!
Batuk hampa mengamuk dan berkuasa
Dalam dada luka terbuka
Kemauan terpendam di alam beku
Seorang pengendara kereta
Beroda tiga, manis
Mengayuh mendaku pelabuhan penghabisan
Bertebing curam, Menunggu dan menganga
O, semua jauh manis
Tiada karangan bunga tersilang
Tiada kepedihan enggan mampir
Manusia menangis di tepi pelabuhan penghabisan
1950


0 comments